Inovasi Semen Berkelanjutan untuk Mengurangi Jejak Karbon Global

SEMEN, komoditas yang tak tergantikan dalam konstruksi global, telah lama dikenal sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar kedua setelah energi. Diproduksi dengan cara tradisional yang memanfaatkan kalsium karbonat dari batu kapur, proses ini menghasilkan karbon dioksida (CO2) dalam jumlah besar. Menyadari pentingnya keberlanjutan dalam industri ini, tim ilmuwan dari Universitas Michigan, Amerika Serikat, telah mengembangkan solusi inovatif untuk mengurangi jejak karbon yang dihasilkan oleh produksi semen.

Metode Elektrokimia, Solusi Ramah Lingkungan

Proyek penelitian yang dipublikasikan dalam Energy & Environmental Science pada Januari 2025 ini mengungkapkan sebuah metode baru yang memungkinkan pembuatan kalsium karbonat melalui proses elektrokimia. Alih-alih menggunakan batu kapur tradisional, yang melepaskan CO2 saat dipanaskan, proses elektrokimia ini justru mampu menangkap dan mengikat CO2, mengubahnya menjadi mineral atau beton daur ulang.

Baca juga: Uni Eropa Perkenalkan Regulasi Baru Konstruksi Hijau

Inovasi ini tidak hanya menjanjikan pengurangan emisi yang signifikan, tetapi juga membuka peluang bagi pengelolaan limbah dalam skala besar.

Semen dan Dampaknya Terhadap Lingkungan

Semen, yang digunakan untuk membuat beton dan mortar, adalah salah satu bahan bangunan paling vital di dunia. Namun, produksinya bertanggung jawab atas sekitar 8 persen emisi CO2 global, sebagian besar berasal dari proses pemanasan bahan baku dengan bahan bakar fosil.

Baca juga: Inovasi Baru, Daur Ulang Plastik E-Waste Tanpa Polusi

Dalam industri ini, 40 persen emisi CO2 berasal dari pembakaran bahan baku, sementara 60 persen sisanya disebabkan oleh proses pemecahan batu kapur (kalsium karbonat) menjadi kalsium oksida dan CO2. Inovasi yang ditawarkan oleh tim peneliti ini dapat menetralkan sebagian besar emisi yang terjadi selama proses tersebut.

Potensi Pengurangan Emisi Global

Menurut Asisten profesor teknik sipil dan lingkungan di Universitas Michigan, Jiaqi Li, pendekatan produksi material elektrokimia dikembangkan membuka area baru dalam produksi semen dan daur ulang limbah dalam skala besar. “Ini adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih hijau bagi industri yang sangat bergantung pada energi dan bahan baku alam,” katanya.

Inovasi elektrokimia untuk produksi semen berkelanjutan: mengurangi emisi CO2 dan membuka jalan bagi industri yang lebih ramah lingkungan. Foto: Ilustrasi/ Samuel Vogl/ Pexels.

Jika diterapkan secara penuh, pendekatan ini memiliki potensi untuk mengurangi emisi CO2 global hingga tiga gigaton per tahun. Wenxin Zhang, penulis studi lainnya, menyatakan, “Strategi ini dapat mengubah industri semen dari penghasil CO2 menjadi penggerak skala gigaton untuk energi bersih dan teknologi pengelolaan karbon.”

Baca juga: Terobosan Dunia, Kereta Serat Karbon Pertama dari China

Namun, meski potensi ekologisnya besar, para peneliti masih mengkaji kelayakan ekonomi dari teknologi ini. Salah satu keuntungan dari metode elektrokimia adalah biayanya yang lebih murah dan efisien dibandingkan dengan teknik konvensional. Meskipun demikian, penerapan teknologi ini dalam industri global tentu memerlukan investasi yang signifikan dalam infrastruktur dan perubahan kebijakan industri.

Indonesia dan Peluang Keberlanjutan

Industri semen menghadapi tantangan besar seiring dengan proyeksi peningkatan permintaan global yang diperkirakan akan melonjak hingga 50 persen dalam beberapa dekade mendatang. Ini berarti, selain inovasi teknis, perlu adanya kolaborasi antara pemangku kepentingan, pemerintah, dan masyarakat untuk mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan secara luas.

Baca juga: Indonesia Rintis Inovasi CCS untuk Masa Depan Hijau

Untuk Indonesia, yang merupakan salah satu negara penghasil semen terbesar di dunia, adopsi teknologi seperti ini menjadi langkah krusial untuk mendukung komitmen negara dalam mengurangi emisi karbon dan mencapai target keberlanjutan. Dengan potensi yang ada, tidak hanya sektor konstruksi yang bisa berkembang, tetapi juga sektor energi dan pengelolaan karbon dapat turut bertransformasi menuju praktik yang lebih berkelanjutan.

Inovasi ini menandai tonggak penting dalam upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim, dan menempatkan industri semen pada jalur yang lebih ramah lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan yang terus berkembang.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *