KRISIS iklim bukan lagi sekadar isu masa depan. Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan dampak nyata yang semakin intensif dari perubahan iklim, terutama dalam bentuk bencana cuaca ekstrem. Dari badai dahsyat hingga banjir meluas, dunia kini menghadapi tantangan yang membutuhkan respons global.
Cuaca Ekstrem Memecahkan Rekor Baru
Setiap tahun, krisis iklim mencatat rekor baru. Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO), Celeste Saulo, menyebutkan bahwa fenomena seperti siklon tropis, curah hujan tinggi, dan banjir semakin sering terjadi. Menurutnya, krisis ini tidak hanya memecahkan rekor, tetapi juga memperburuk risiko bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rentan.
PBB mencatat setidaknya terjadi 18 badai besar sepanjang tahun ini, termasuk 11 badai siklon dan lima badai kategori 5. Salah satunya adalah Badai Beryl yang menerjang Karibia pada Juli lalu. Meski tergolong dahsyat, korban jiwa akibat badai ini lebih sedikit dibandingkan sebelumnya, berkat kemajuan dalam sistem peringatan dini.
Baca juga: Peringatan Global, Perubahan Iklim Percepat Pengeringan Sungai
Dampak destruktif dari badai tak hanya dirasakan di Karibia. Pada September 2024, frekuensi badai meningkat tajam, memicu tujuh badai besar hanya dalam satu bulan. Salah satu yang paling mematikan adalah Badai Helene, yang menghantam Pantai Teluk Florida dan meluas hingga Pegunungan Appalachia bagian selatan.
Dengan lebih dari 150 korban jiwa, Helene tercatat sebagai badai paling mematikan di Amerika Serikat sejak Badai Katrina pada 2005. Selain korban manusia, banjir dahsyat dan kerusakan infrastruktur membuat masyarakat di wilayah terdampak menghadapi pemulihan yang panjang dan mahal.
Baca juga: Krisis Air Global, Ancaman Nyata yang Harus Ditangani Segera
Pada Oktober 2024, Badai Milton menambah daftar panjang bencana. Badai Kategori 3 ini menerjang Siesta Key, Florida, dengan membawa 46 tornado, curah hujan lebat, dan banjir parah. Bencana ini mengingatkan kembali pada lemahnya infrastruktur banyak negara dalam menghadapi intensitas bencana yang meningkat.

Sistem Peringatan Dini, Harapan di Tengah Krisis
Di tengah kesuraman, kemajuan dalam sistem peringatan dini menjadi harapan besar. Badai Beryl, misalnya, menunjukkan bagaimana teknologi dapat menyelamatkan nyawa. Namun, sistem ini belum sepenuhnya merata di seluruh dunia. Banyak negara berkembang masih kesulitan mengakses teknologi ini, membuat mereka lebih rentan terhadap dampak bencana.
Baca juga: COP29, Kekecewaan Negara Berkembang di Tengah Janji Pendanaan
WMO terus mendorong adopsi teknologi peringatan dini secara global. Dengan investasi yang tepat, langkah ini diharapkan dapat menekan angka korban jiwa dan meminimalkan kerusakan infrastruktur di masa depan.
Perubahan Iklim, Tanggung Jawab Kolektif
Bencana seperti Badai Helene dan Milton adalah alarm keras bagi dunia. Penyebab utamanya, yaitu perubahan iklim, memerlukan pendekatan kolektif yang melibatkan semua negara. Mulai dari pengurangan emisi karbon hingga adaptasi terhadap cuaca ekstrem, langkah konkret harus diambil segera.
Baca juga: COP29, Jalan Panjang Menuju Keadilan Iklim
Namun, tanggung jawab ini tidak hanya berada di pundak pemerintah. Masyarakat global, termasuk pelaku bisnis, komunitas lokal, dan individu, harus terlibat aktif dalam mitigasi perubahan iklim. Pendidikan, kesadaran, dan kolaborasi adalah kunci untuk membangun ketahanan terhadap bencana.
Dampak Bencana di Indonesia
Indonesia, sebagai negara kepulauan, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Curah hujan ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan siklon tropis mulai menjadi ancaman nyata. Jika langkah mitigasi tidak segera dilakukan, masyarakat pesisir dan sektor ekonomi strategis, seperti perikanan dan pertanian, akan semakin terpuruk.
Baca juga: ADB Genjot Pinjaman Iklim Demi Masa Depan Asia
Langkah seperti memperkuat sistem peringatan dini, membangun infrastruktur tahan bencana, dan mempercepat transisi ke energi terbarukan harus menjadi prioritas nasional. Indonesia juga perlu memainkan peran lebih aktif di panggung global untuk mendorong kebijakan yang mendukung keberlanjutan. ***
- Foto: Ilustrasi/ Andre Furtado/ Pexels.