Polusi Udara, Ancaman Tersembunyi untuk Kesehatan Mental di Indonesia

POLUSI udara telah lama dikenal sebagai ancaman terhadap kesehatan fisik, seperti gangguan pernapasan dan penyakit jantung. Namun, sebuah studi baru dari Universitas St. Andrews, Skotlandia, mengungkap dimensi lain yang mengejutkan: dampaknya terhadap kesehatan mental. Penelitian ini menyajikan perspektif baru yang relevan bagi praktisi dan pemerhati isu keberlanjutan di Indonesia, di mana kualitas udara di banyak kota besar terus memburuk.

Fakta Mengejutkan dari Penelitian Skotlandia

Penelitian ini melibatkan lebih dari 200.000 orang di Skotlandia antara tahun 2002 dan 2017. Hasilnya menunjukkan hubungan kuat antara paparan polusi udara, terutama nitrogen dioksida (NO₂), dan peningkatan risiko rawat inap karena gangguan mental. Polutan utama lainnya seperti sulfur dioksida (SO₂), partikel PM10, dan partikel PM2,5 juga ditemukan berkontribusi pada peningkatan risiko rawat inap akibat penyakit mental maupun fisik.

Baca juga: 5 Sektor Emisi yang Menantang Perjalanan Net Zero Indonesia 2060

Nitrogen dioksida, misalnya, banyak dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor, pembakaran bahan bakar fosil, dan aktivitas industri. Di kota-kota seperti Jakarta dan Surabaya, tingkat NO₂ yang tinggi menjadi masalah kronis. Dengan data ini, wajar jika Indonesia perlu memberi perhatian lebih besar pada kaitan antara kesehatan lingkungan dan kesehatan mental masyarakat.

Kebijakan yang Mendesak untuk Indonesia

Dr. Mary Abed Al Ahad, pemimpin penelitian, menekankan pentingnya kebijakan yang menargetkan pengurangan emisi polusi udara. Ia menyarankan penerapan zona rendah emisi, insentif untuk penggunaan energi terbarukan, dan investasi pada transportasi publik ramah lingkungan. Bagi Indonesia, langkah ini tidak hanya akan mengurangi polusi udara, tetapi juga membantu meringankan beban sistem kesehatan nasional.

Baca juga: Biaya Polusi Udara Jakarta: Rp52 T Setiap Tahun

Di tingkat global, pendekatan serupa telah mulai diterapkan. Misalnya, negara-negara Skandinavia telah mengadopsi kendaraan listrik secara masif dan memperluas jaringan transportasi publik berbasis energi hijau. Kebijakan semacam ini dapat menjadi model bagi Indonesia untuk diterapkan di kota-kota besar yang berkontribusi besar pada emisi nasional.

Kota Jakarta berbalut kabut polusi udara pada 12 Mei 2024. Masalah kualitas udara terus menjadi tantangan utama ibu kota. Foto: Mulamula.id.

Polusi Udara dan Gangguan Mental

Kaitan antara polusi udara dan kesehatan mental tidak hanya sebatas rawat inap. Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa paparan polusi udara selama masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko gangguan mental di usia dewasa, termasuk gangguan bipolar, skizofrenia, dan gangguan kepribadian. Studi serupa di AS dan Denmark mendukung temuan ini.

Baca juga: Pemindahan Ibu Kota, Jawaban Indonesia atas Krisis Iklim

Profesor Ioannis Bakolis dari King’s College London, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menggarisbawahi perlunya analisis skala besar seperti ini untuk memvalidasi hubungan antara polusi udara dan kesehatan mental. Ia menekankan bahwa kebijakan kesehatan lingkungan harus diprioritaskan untuk mencegah dampak jangka panjang yang lebih serius.

Pelajaran untuk Indonesia

Bagi Indonesia, studi ini menjadi pengingat penting tentang perlunya langkah konkret dalam mengelola polusi udara. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa polusi udara menjadi faktor risiko kematian ke-5 di Indonesia. Selain itu, kota-kota besar seperti Jakarta sering menduduki peringkat atas sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Intervensi seperti peralihan ke energi terbarukan, pembatasan kendaraan bermotor di kawasan tertentu, serta penanaman pohon di perkotaan dapat menjadi solusi jangka panjang. Namun, keberhasilan ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.

Baca juga: Jakarta di Tengah Polusi dan Misi Transportasi Hijau

Di balik tantangan ini, ada peluang besar bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan di bidang keberlanjutan. Dengan mengintegrasikan kebijakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan kualitas hidup warganya tetapi juga memperkuat posisinya di panggung internasional.

Polusi udara bukan hanya tentang asap dan debu, tetapi juga ancaman tersembunyi yang menyerang pikiran dan jiwa. Kini, saatnya bertindak untuk menghirup udara yang lebih bersih dan memastikan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang. ***

  • Foto: Mulamula.id – Pemandangan Jakarta diselimuti polusi udara, 13 Mei 2024. Urgensi kebijakan ramah lingkungan semakin nyata di tengah kota yang terus berkembang.
Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *