INDONESIA tengah menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energi yang terus berkembang. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan target ambisius: bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia harus mencapai 72% pada 2060.
Target ini menjadi bagian dari Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang telah disusun, yang sejalan dengan upaya Indonesia untuk mencapai swasembada energi.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menjelaskan bahwa pencapaian 72% EBT ini bukan sekadar angka, tetapi merupakan bagian dari strategi nasional untuk mewujudkan kemandirian energi di masa depan.
Baca juga: Energi Nuklir, Solusi Bersih Indonesia untuk 2032
“Target ini realistis jika kita melihat proyeksi dari RUKN. Jika ada pendanaan internasional yang lebih besar, saya yakin kita bisa mewujudkan cita-cita Presiden Prabowo Subianto untuk swasembada energi,” ungkapnya dalam acara Dialog Stakeholder EBTKE, pada 17 Desember 2024.
Menyongsong Masa Depan Energi Terbarukan
Hingga akhir 2024, porsi EBT dalam bauran energi Indonesia masih berada di angka 14%. Meskipun angka ini terbilang kecil, namun pemerintah Indonesia telah bergerak maju dengan rencana jangka panjang yang lebih besar. Proyeksi untuk tahun 2060, dengan target 72%, menggambarkan komitmen pemerintah dalam mendorong transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Baca juga: EBT di Tengah Ancaman Habisnya Energi Fosil
Namun, mencapai target ini tentu bukan hal yang mudah. Indonesia memerlukan investasi yang signifikan untuk mengembangkan teknologi energi terbarukan seperti energi matahari, angin, dan hidro, serta sistem distribusi yang efisien. Salah satu tantangan terbesar adalah mengamankan pendanaan internasional yang dapat mempercepat implementasi rencana ini.

Tawaran Investasi Global dan Pilihan Nuklir
Eniya menambahkan, saat ini Indonesia sudah menerima berbagai tawaran investasi dari negara-negara besar untuk mengembangkan energi terbarukan. Para investor internasional telah melangkah hingga tahap Pra Feasibility Study (FS), dengan harapan bisa berkontribusi pada perkembangan sektor energi Indonesia.
Baca juga: Kolaborasi Indonesia-AS untuk Transisi Energi Bersih
Salah satu sektor yang saat ini cukup menarik perhatian adalah energi nuklir. Berbagai negara telah datang menawarkan potensi kerja sama di bidang ini. Meskipun demikian, Eniya menegaskan bahwa Indonesia akan sangat berhati-hati dalam menyikapi tawaran-tawaran investasi energi nuklir. “Ini adalah masalah yang sangat kompleks, baik dari segi struktur keuangan, kerjasama multilateral, maupun lokasi proyek,” ujar Eniya.
Baca juga: Investasi Energi Terbarukan Indonesia Masih Jauh dari Target
Dalam konteks ini, Eniya menekankan pentingnya kehati-hatian dalam memilih mitra dan model kerja sama yang tepat. Sebab, Indonesia tidak ingin terjebak dalam ketergantungan terhadap satu negara atau model investasi tertentu. Dengan status Indonesia sebagai negara non-blok, pemerintah membuka peluang untuk berbagai bentuk kerja sama multilateral dengan banyak negara.
Indonesia Perlu Perkuat Kapasitas Pengelolaan
Pencapaian target EBT sebesar 72% pada 2060 membutuhkan strategi yang tidak hanya berbicara tentang teknologi, tetapi juga tentang kebijakan, kolaborasi internasional, dan investasi. Selain itu, Indonesia juga perlu memperkuat kapasitas internal dalam mengelola sumber daya energi terbarukan dan meningkatkan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung transisi energi.
Baca juga: Pasar Energi Bersih Dunia Tumbuh Pesat, Indonesia Siap?
Salah satu peluang yang besar adalah pengembangan energi terbarukan yang lebih efisien dan ramah lingkungan, seperti energi surya dan angin, yang memiliki potensi besar di berbagai daerah Indonesia. Namun, tantangannya terletak pada distribusi energi tersebut ke seluruh penjuru negeri, termasuk daerah-daerah yang masih sulit dijangkau.
Indonesia telah menetapkan langkah-langkah yang jelas untuk mencapai target bauran energi terbarukan yang tinggi pada 2060. Walaupun tantangan besar masih harus dihadapi, seperti pendanaan, pengelolaan teknologi, dan kerja sama internasional, optimisme tetap terjaga. Dengan komitmen dan kerja keras bersama, Indonesia bisa memanfaatkan potensi energi terbarukan secara maksimal demi masa depan yang lebih berkelanjutan. ***
Foto: David Elvar Masson/ Pexels – Energi panas bumi.