Waktu Hampir Habis, Dunia Lamban Serahkan Target Iklim Baru Jelang COP30

Enam bulan menjelang COP30, mayoritas negara belum juga menyerahkan target iklim terbaru. Padahal tenggat sudah di depan mata.

DARI 195 negara pihak dalam Perjanjian Paris, baru 21 yang memperbarui komitmen iklim mereka per Mei 2025. Padahal, deadline resmi pengajuan Nationally Determined Contributions (NDC) untuk target 2035 ditetapkan 10 Februari 2025. Artinya, lebih dari 170 negara masih absen.

Laporan ini dirilis oleh International Institute for Environment and Development (IIED), sebuah lembaga riset independen berbasis di Inggris. Isinya mengkhawatirkan: keterlambatan ini berpotensi memperlambat aksi iklim global dan mengancam pencapaian target suhu bumi yang disepakati.

Sesuai Perjanjian Paris, negara-negara harus menahan laju pemanasan global di bawah 2°C, dengan upaya maksimal untuk mencapai 1,5°C dibandingkan suhu pra-industri. Tanpa pembaruan target, arah global menjadi kabur.

NDC Cermin Keseriusan

NDC bukan sekadar dokumen. Ia adalah gambaran komitmen nasional terhadap penurunan emisi karbon dan adaptasi iklim. Komitmen ini jadi dasar evaluasi dalam COP30 yang akan digelar di Brasil akhir tahun ini.

“Target-target ini adalah cermin keseriusan negara-negara dalam menghadapi krisis iklim,” ujar Peneliti Diplomasi Iklim IIED, Camilla More.

Baca juga: COP30, Harapan Negara Berkembang untuk Pendanaan Iklim Lebih Adil

Lebih lanjut, Climate Action Tracker (CAT)—lembaga penilai independen berbasis sains—menganalisis 10 dari 20 negara yang telah menyerahkan target baru. Hanya Inggris yang dinilai kompatibel dengan target 1,5°C. Namun, bahkan target Inggris disebut masih belum mewakili “kontribusi adil” mereka terhadap krisis global.

CAT juga menyebut bahwa target Inggris untuk 2030 tergolong kurang ambisius. Inggris memang berinvestasi besar dalam teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture), sekitar 22 miliar poundsterling. Namun, para ahli mengingatkan risiko: teknologi ini bisa menunda transisi energi bersih dan memperpanjang umur bahan bakar fosil.

“Ketergantungan pada teknologi penyimpanan karbon bisa jadi pengalih perhatian dari solusi utama: mengurangi emisi secara drastis,” tegas Mark Maslin, Profesor dari University College London.

Polusi udara di kota besar: sebuah pengingat akan urgensi komitmen iklim global yang belum juga ditepati meski tenggat Februari 2025 telah berlalu. Foto: Ilustrasi/ James Smeaton/ Pexels.

Ketimpangan Global

Laporan ini juga menyoroti ketimpangan antara negara maju dan berkembang. Banyak negara berkembang masih bergulat dengan pendanaan, kapasitas teknis, dan dampak iklim yang semakin parah.

Baca juga: Tenggat Waktu Terlewat, Janji Iklim Dunia Masih Tertunda

Climate Analytics, mitra CAT, merekomendasikan agar negara maju meningkatkan pendanaan iklim untuk membantu negara-negara rentan. Ini penting untuk mempercepat transisi energi sekaligus memperkuat ketahanan komunitas terdampak.

Jalan Menuju COP30

Negara-negara seperti Jepang, Kanada, Brasil, dan Singapura termasuk dalam kelompok yang telah menyerahkan NDC baru. Namun jumlah ini terlalu kecil untuk menumbuhkan keyakinan global.

Dengan waktu hanya enam bulan tersisa, tekanan meningkat. Dunia menunggu apakah para pemimpin akan benar-benar tampil sebagai agen perubahan atau tetap tenggelam dalam retorika.

Baca juga: COP30 di Belem, Brasil, Menjadi Momen Kritis Aksi Iklim Global

“Kita tidak bisa lagi membiarkan populisme dan politik jangka pendek jadi rem bagi aksi iklim. Biaya ketidakpedulian akan terus membengkak,” pungkas Camilla More.

Bagi Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya, momen ini bisa menjadi titik balik. Menunjukkan kepemimpinan dalam aksi iklim bukan hanya soal diplomasi, tapi juga masa depan ekonomi, ekologi, dan generasi mendatang. ***

  • Foto: COP30 – Brasil akan menjadi tuan trumah COP30 pada 10 – 21 November 2025.
Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *