PBB: Krisis Iklim Semakin Parah, Dunia Harus Bertindak Sekarang

SEKRETARIS Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, tidak bisa menahan keprihatinannya. Dalam pesan tahun barunya yang disampaikan pada 30 Desember 2024, ia memperingatkan bahwa dunia semakin mendekati bencana iklim yang tidak dapat lagi dihindari.

“Sepuluh tahun terakhir adalah dekade terpanas yang pernah tercatat, termasuk 2024,” ujarnya, menegaskan bahwa dampak perubahan iklim sudah tidak bisa lagi dipandang sebagai ancaman jangka panjang. Ini adalah kenyataan yang terjadi di depan mata kita.

Krisis Iklim yang Makin Terasa

Menurut Guterres, manusia harus segera keluar dari “jalan menuju kehancuran” ini. Kerusakan iklim yang terjadi selama beberapa dekade terakhir semakin nyata, dan kita sudah kehabisan waktu untuk menghindarinya. Tak hanya Guterres yang mengingatkan dunia tentang bahaya ini, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) juga menegaskan bahwa tahun 2024 berpotensi menjadi tahun terpanas yang tercatat.

Baca juga: 2024 Tahun Terpanas dalam Sejarah, Krisis Iklim Makin Nyata

Peningkatan suhu rata-rata Bumi, yang sudah mencatatkan angka 1,54 derajat Celsius lebih tinggi dari rata-rata suhu sebelum revolusi industri. Ini merupakan bukti nyata bahwa kita semakin menjauh dari tujuan Perjanjian Paris 2015 untuk membatasi kenaikan suhu tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius.

Peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) yang menjadi penyebab utama pemanasan global berpotensi membuat lebih banyak rekor panas terjadi di masa depan. Ini adalah tantangan besar yang harus dihadapi oleh seluruh dunia.

PBB telah menyerukan agar negara-negara meningkatkan langkah-langkah drastis dalam pengurangan emisi dan beralih ke sumber energi terbarukan. Tanpa tindakan yang lebih cepat, dunia akan menghadapi lebih banyak bencana cuaca ekstrem yang akan memperburuk krisis yang sudah ada.

Dampak Nyata yang Dirasakan

Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, menggambarkan perubahan iklim sebagai ancaman nyata yang sudah dirasakan oleh banyak negara. Pada tahun 2024, kita menyaksikan cuaca ekstrem yang melanda hampir setiap sudut dunia.

Curah hujan yang memecahkan rekor, banjir besar, serta kebakaran hutan yang tak terkendali, semuanya terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sementara itu, beberapa wilayah dunia merasakan panas yang mencapai lebih dari 50 derajat Celsius, sementara wilayah lain dibanjiri air bah yang mematikan.

Baca juga: Krisis Iklim Picu Ledakan Bencana Cuaca Global

Bencana alam yang terjadi akibat perubahan iklim ini tak hanya merusak ekosistem, tetapi juga menimbulkan penderitaan manusia yang sangat besar. Nyawa hilang, dan masyarakat yang paling rentan menghadapi kerugian materiil yang luar biasa. Ini bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah sosial-ekonomi yang membutuhkan respons segera dari seluruh dunia.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan dunia tentang dampak krisis iklim yang semakin parah. Foto: Ilustrasi/ Arthouse Studio/ Pexels.

Masa Depan yang Semakin Tertutup?

Saat suhu rata-rata Bumi terus meningkat, dunia semakin terancam oleh kerusakan iklim yang tak terelakkan. WMO memperkirakan bahwa 2024 bisa menjadi tahun dengan suhu yang lebih tinggi dari tahun 2023, yang sebelumnya telah tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah.

Jika tren ini terus berlanjut, kita bisa melampaui batas aman yang telah disepakati dalam Perjanjian Paris 2015. Padahal, batas tersebut adalah komitmen internasional yang harus dijaga untuk menghindari kerusakan ekosistem global yang lebih parah.

Baca juga: Kekeringan, Ancaman Global yang Jadi Normal Baru

Peringatan ini seharusnya menjadi pemicu bagi para pemimpin dunia untuk segera bertindak. Menanggapi krisis iklim bukanlah pilihan, melainkan kewajiban moral dan sosial yang harus dipenuhi demi masa depan generasi mendatang.

Mencari Solusi, Keterlibatan Semua Pihak

Indonesia, sebagai negara dengan ekosistem yang kaya namun rentan terhadap dampak perubahan iklim, juga harus lebih serius dalam menangani masalah ini. Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon, namun implementasi kebijakan yang lebih berani dan terukur sangat diperlukan untuk mencapai target tersebut.

Baca juga: Mahkamah Internasional Tinjau Tanggung Jawab Negara Atasi Krisis Iklim

Dengan melibatkan sektor energi terbarukan, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta memperkuat sistem mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, Indonesia dapat berperan lebih besar dalam mencegah bencana iklim yang lebih dahsyat.

Jika dunia tidak segera merespons dengan tindakan nyata, dampak perubahan iklim akan semakin parah dan dirasakan oleh semua orang, dari negara maju hingga negara berkembang. Kini adalah waktu untuk bertindak, sebelum kerusakan yang lebih parah terjadi. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *