TRANSISI energi bukan lagi jargon kebijakan. Di tengah percepatan agenda ekonomi hijau Indonesia, Bank Mandiri muncul sebagai salah satu motor yang menggerakkan pembiayaan rendah karbon secara terukur, terarah, dan mengikuti peta jalan nasional. Pergerakan ini makin terlihat sepanjang 2025, ketika permintaan pendanaan untuk energi bersih naik sejalan dengan fokus pemerintah mengurangi emisi dan menata ulang struktur energi.
Hingga Kuartal III 2025, portofolio pembiayaan energi terbarukan Bank Mandiri mencapai Rp13 triliun, tumbuh 29% secara tahunan. Angka ini menempatkan perseroan sebagai salah satu pemain kunci di sektor keuangan yang memosisikan pembiayaan hijau bukan sekadar lini usaha, tetapi strategi pembangunan.
Selaras dengan Roadmap Nasional
Bagi Bank Mandiri, mengikuti arah pemerintah bukan hanya soal kepatuhan regulasi. Ini adalah strategi mitigasi risiko sekaligus peluang bisnis jangka panjang. Senior Vice President Environmental, Social and Governance Group Bank Mandiri, Monica Yoanita Octavia, menegaskan bahwa setiap keputusan pembiayaan harus bergerak seiring kebijakan nasional. Mulai dari RUPTL dan RUKN hingga Program Strategis Nasional yang mendorong investasi energi bersih.
Pendekatan ini memastikan pipeline pembiayaan tetap relevan dengan prioritas pembangunan, terutama di era administrasi Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan transformasi energi sebagai komponen penting reformasi ekonomi.
Baca juga: Bank Mandiri Kuasai ESG di Indonesia, Sejajar Standar Global
Keselarasan itu juga memberikan kepastian bagi investor dan pelaku industri energi terbarukan. Bank melihat bahwa arah pemerintah menjadi sinyal kuat untuk menumbuhkan pasar, menurunkan risiko, dan mempercepat adopsi teknologi.
Pendekatan Ekosistem, dari Pembangkit hingga Rantai Pasok
Bank Mandiri tidak hanya menempatkan portofolio pada proyek besar. Perseroan meluaskan dukungan ke seluruh rantai nilai (value chain) industri energi terbarukan. Strategi ini dianggap penting untuk memastikan transisi berjalan merata dan tidak terhambat oleh bottleneck teknologi maupun logistik.
Pembiayaan diarahkan ke ekosistem lengkap:
– PLTA, PLTS, PLT Mini Hydro, PLT Biomass, dan PLTP panas bumi
– Manufaktur panel surya
– Produksi biodiesel dan fasilitas pendukung bioenergi
– Pelaku usaha yang terhubung dengan rantai pasok proyek-proyek EBT

Pendekatan ekosistem ini menunjukkan perpindahan strategi perbankan dari pembiayaan proyek ke pembiayaan sistem. Bank Mandiri menilai bahwa memperkuat industri pendukung akan memperbaiki daya saing energi bersih dan memperbesar penetrasi teknologi ke daerah yang belum tersentuh.
Kontribusi Konkret pada Target Dekarbonisasi
Secara keseluruhan, total pembiayaan berkelanjutan Bank Mandiri mencapai Rp310,05 triliun per Kuartal III 2025, naik 8,7% YoY. Dari jumlah tersebut, segmen pembiayaan hijau menyumbang Rp159 triliun atau tumbuh 12% YoY, dengan pangsa pasar lebih dari 35% di antara empat bank besar nasional.
Pertumbuhan didorong oleh tiga sektor utama:
– Produk eco-efficient (Rp13,2 triliun, tumbuh 40% YoY)
– Energi terbarukan (Rp13 triliun, tumbuh 29% YoY)
– Transportasi bersih (Rp9,7 triliun, tumbuh 35% YoY)
Baca juga: Bank Pembangunan Dunia Sepakat Percepat Pendanaan Iklim, Fokus pada Alam dan Ketahanan
Tren ini memperlihatkan bahwa transisi energi bukan hanya didorong oleh proyek listrik bersih, tetapi oleh adopsi teknologi hijau lintas sektor. Bank Mandiri memanfaatkan momentum tersebut untuk mengarahkan kapital nasional ke sektor-sektor yang memberi dampak langsung pada penurunan emisi.
Pembiayaan yang Menggerakkan Transformasi Rendah Karbon
Dengan komitmen yang lebih terarah dan pendekatan pembiayaan berbasis ekosistem, Bank Mandiri menempatkan dirinya sebagai salah satu aktor utama dalam pembiayaan transisi energi Indonesia. Tantangannya kini adalah menjaga kualitas portofolio, mempercepat inovasi produk hijau, dan memastikan pembiayaan benar-benar berdampak pada pengurangan emisi.
Di tengah dinamika pasar energi global, konsistensi ini memberi sinyal kuat bahwa percepatan ekonomi rendah karbon Indonesia tidak lagi bergantung pada intervensi pemerintah semata, tetapi pada kemitraan strategis antara industri energi, sektor keuangan, dan kebijakan nasional. ***FotMenara Bank Mandiri di Jakarta, simbol peran sektor keuangan dalam mempercepat pembiayaan hijau dan transisi energi nasional. ***
- Foto: @fyifact – Menara Bank Mandiri di Jakarta, simbol peran sektor keuangan dalam mempercepat pembiayaan hijau dan transisi energi nasional.


