INDONESIA tengah memasuki era baru dalam investasi energi hijau. Pemerintah menargetkan tambahan kapasitas listrik 103 Gigawatt (GW) dari energi terbarukan hingga 2040. Upaya ini membutuhkan investasi besar, mencapai US$ 235 miliar dalam 15 tahun ke depan. Untuk itu, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) akan berperan sebagai katalis utama.
Peran Danantara dalam Pembiayaan Energi Hijau
Danantara diharapkan menjadi co-investor dalam proyek ketenagalistrikan nasional. Badan ini akan memasok hingga 50% dari nilai investasi setiap proyek dengan dana kelolaan US$ 20 miliar (sekitar Rp 327,7 triliun) per tahun. Dengan mekanisme leverage perbankan, total ekuitas yang tersedia dapat mencapai US$ 160 miliar (Rp 2.621,6 triliun).
Baca juga: Tren Investasi Hijau 2025, Adaptasi Iklim Jadi Prioritas
Menurut Utusan Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim, Hashim Djojohadikusumo, sumber dana ini berasal dari efisiensi kebijakan pemerintah dan pengurangan kebocoran anggaran. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen menjadikan efisiensi anggaran sebagai kebijakan permanen guna memastikan kesinambungan pendanaan investasi hijau.
Investasi yang Lebih Menarik dengan Jaminan Negara
Salah satu faktor yang membuat investasi energi hijau lebih menarik adalah keterlibatan negara dalam menanggung sebagian risiko. Hingga kini, pemerintah tidak dapat bertanggung jawab langsung terhadap investasi dengan campur tangan asing. Namun, keberadaan Danantara memungkinkan peningkatan posisi tawar Indonesia di mata investor global.
Baca juga: Target Emisi Indonesia Mundur ke 2035, Tarik-Ulur Ambisi Ekonomi & Hijau

Kebijakan ini telah dikaji oleh ekonom dan investor global, termasuk Ray Dalio, pendiri Bridgewater Associates—salah satu perusahaan pengelola dana terbesar dunia dengan aset kelolaan mencapai US$ 124 miliar (Rp 2.031,7 triliun). Baca juga: Transmisi Listrik Energi Hijau Indonesia Butuh Dana Besar. Menurut Hashim, mekanisme ini akan membuka peluang bagi lebih banyak investor asing untuk masuk ke sektor energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Minat Investor Asing dan Potensi Energi Hijau
Sejumlah negara telah menunjukkan minat untuk berinvestasi di proyek-proyek EBT Indonesia, termasuk Qatar, Uni Emirat Arab, Cina, dan beberapa negara Eropa. Ini menunjukkan kepercayaan global terhadap potensi energi hijau nasional yang terus berkembang.
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi telah meningkatkan potensi energi hijau di Indonesia. Energi bayu (angin), misalnya, yang pada 2015 belum diperhitungkan, kini memiliki potensi hingga 55 GW. Dari jumlah tersebut, 15 GW bersumber dari daratan, sementara 40 GW berasal dari kawasan laut yang potensial untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Baca juga: Listrik Hijau Semakin Menjadi Pilihan Industri Indonesia
Hashim optimistis bahwa dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat menjadi kekuatan ekonomi global berbasis energi hijau. “Kita akan menjadi adidaya perekonomian dunia. Prospek untuk cicit saya sangat baik,” ujarnya.
Masa depan investasi energi hijau di Indonesia terlihat cerah dengan kehadiran Danantara sebagai motor penggerak pendanaan. Dengan keterlibatan negara dalam mengelola risiko serta minat investor global yang terus meningkat, transisi menuju energi bersih di Indonesia semakin konkret. Langkah ini tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memastikan keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang. ***
- Foto: Instagram/ @sekretariat.kabinet.