Era Minyak Meredup, Energi Listrik Bersinar

SEIRING percepatan transisi energi global, listrik semakin diakui sebagai tulang punggung energi masa depan. Laporan terbaru World Energy Outlook 2024 dari Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan bahwa konsumsi listrik global terus meningkat, kini tumbuh dua kali lebih cepat dibandingkan permintaan energi secara keseluruhan.

Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, menyatakan bahwa pergeseran ini menandakan bahwa dunia sedang memasuki “era listrik,” di mana sumber energi terbarukan menjadi komponen utama.

Dari Batu Bara, Minyak, Menuju Listrik

Birol menggambarkan transisi ini sebagai kelanjutan dari sejarah panjang evolusi energi dunia. Abad ke-18 dikenal sebagai era batu bara, disusul era minyak yang memicu perkembangan ekonomi global. Kini, setelah puluhan tahun dominasi bahan bakar fosil, dunia siap melangkah ke era listrik berbasis energi bersih.

Birol menambahkan, bahwa pada tahun 2050, sekitar 70 persen listrik dunia diproyeksikan akan bersumber dari energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan air. Ini kontras dengan kondisi pada 1975, di mana pembangkitan listrik masih 70 persen bergantung pada bahan bakar fosil.

Baca juga: Pasar Energi Bersih Dunia Tumbuh Pesat, Indonesia Siap?

Transformasi besar ini didukung oleh perkembangan teknologi yang membuat sumber energi terbarukan semakin ekonomis dan kompetitif.

Puncak dan Penurunan Minyak

Meski listrik menjadi prioritas, IEA menyebutkan bahwa minyak masih dibutuhkan, terutama dalam sektor-sektor yang belum sepenuhnya siap untuk transisi, seperti penerbangan dan industri berat.

Namun, Birol mencatat, permintaan minyak diperkirakan mencapai puncaknya pada 2030 dan akan berangsur melemah di dekade-dekade mendatang. Perkembangan ini sebagian besar dipicu oleh peningkatan pesat penggunaan kendaraan listrik di berbagai negara.

Baca juga: Bank Dunia Beberkan Peluang Ekonomi Hijau Indonesia

“Mobil listrik kini masuk ke pasar utama dan menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa,” ungkap Birol. IEA memperkirakan bahwa pada 2030, kendaraan listrik akan menyumbang sekitar 50 persen dari total penjualan mobil global. Tahun ini saja, lebih dari 20 persen dari seluruh penjualan mobil dunia sudah beralih ke model listrik, jauh melampaui ekspektasi awal.

Tantangan Menuju Net Zero Emission

Selain kendaraan listrik, kebijakan energi bersih yang dijalankan berbagai negara turut mendorong permintaan energi listrik yang lebih ramah lingkungan. Di beberapa negara, perluasan kapasitas energi terbarukan dan nuklir bahkan diperkirakan akan melebihi peningkatan konsumsi listrik sekitar 20 persen pada 2030.

Namun, menurut IEA, meskipun perkembangan ini menjanjikan, masih dibutuhkan upaya lebih besar agar target net zero emission (NZE) dapat tercapai tepat waktu.

Baca juga: Investor Taiwan Incar Energi Hijau Indonesia

Laporan IEA juga menggarisbawahi pentingnya komitmen dan dukungan pemerintah untuk mempercepat investasi di sektor energi bersih. Dalam banyak kasus, dukungan kebijakan yang konsisten dan insentif fiskal diperlukan agar energi terbarukan dan teknologi penyimpanan energi dapat lebih berkembang.

Era Baru, Tantangan Baru

Transisi menuju era listrik menawarkan peluang besar bagi Indonesia, terutama dalam menciptakan sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Namun, untuk bisa memanfaatkan peluang ini, Indonesia perlu mengatasi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan infrastruktur dan ketergantungan pada batu bara.

Dalam konteks ini, pemerintah Indonesia juga telah mulai menyusun peta jalan energi bersih yang diharapkan bisa mendorong pemanfaatan energi terbarukan di sektor pembangkitan listrik nasional.

Baca juga: Indonesia-Prancis Perkuat Transisi Energi Bersih

Era baru ini mengharuskan kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Dengan memanfaatkan momentum ini, Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang berperan aktif dalam mewujudkan masa depan energi global yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Era minyak mulai pudar saat dunia beralih ke energi listrik yang lebih bersih dan terbarukan. Apa saja dampak dan tantangan dari perubahan ini? Foto: Kindel Media/ Pexels.

Menuju Masa Depan yang Lebih Hijau

Laporan IEA menandakan era baru yang penuh dengan peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, pergeseran ke energi listrik berpotensi mengurangi emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Di sisi lain, transisi ini membutuhkan komitmen yang kuat untuk investasi berkelanjutan dan penyesuaian kebijakan yang mendukung energi bersih.

Sebagai salah satu negara dengan cadangan energi terbarukan yang melimpah, Indonesia berada pada posisi strategis dalam revolusi energi ini. Dengan memanfaatkan energi bersih seperti tenaga surya, angin, dan bioenergi, Indonesia dapat berperan lebih besar dalam mendukung keberlanjutan global.

Baca juga: Indonesia, Raksasa Panas Bumi Dunia yang Belum Terbangun

Peralihan ke era listrik tidak hanya mempengaruhi pola konsumsi energi, tetapi juga membuka ruang untuk inovasi teknologi yang mendukung energi bersih.

Terlepas dari tantangan yang ada, era listrik dapat menjadi jawaban bagi keberlanjutan energi dan lingkungan yang selama ini dicita-citakan banyak negara di dunia. ***

  • Foto: Aron Razif/ PexelsEksplorasi migas lepas pantai, simbol era energi fosil yang perlahan meredup di tengah transisi menuju energi listrik dan sumber terbarukan.
Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *