LARANGAN menyeluruh terhadap tembakau akhirnya menjadi kenyataan di Maladewa. Negara kepulauan kecil di Samudra Hindia itu resmi menerapkan kebijakan bebas tembakau nasional mulai Sabtu, 1 November 2025, menjadikannya negara pertama di dunia yang melakukan pelarangan total terhadap produk tembakau.
Kesehatan Publik di Garis Depan
Langkah ini merupakan puncak dari kampanye panjang pemerintah Maladewa untuk memutus siklus ketergantungan terhadap rokok dan produk nikotin, terutama di kalangan anak muda.
Dalam pernyataan resminya, Kementerian Kesehatan Maladewa menegaskan bahwa kebijakan tersebut “mencerminkan komitmen kuat pemerintah untuk melindungi generasi muda dari bahaya tembakau”. Sekaligus merupakan implementasi langsung dari Konvensi Kerangka Kerja WHO tentang Pengendalian Tembakau (FCTC), seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Presiden Mohamed Muizzu telah menandatangani ratifikasi undang-undang pengendalian tembakau itu pada Mei lalu, memperkuat arah kebijakan nasional menuju public health sovereignty, kedaulatan kesehatan publik, sebagai bagian dari identitas baru Maladewa pascapandemi.
Aturan yang Tegas dan Terukur
Regulasi tersebut mengatur bahwa setiap individu yang lahir pada atau setelah 1 Januari 2007 dilarang membeli, menjual, maupun menggunakan produk tembakau dalam bentuk apa pun. Pengecer diwajibkan melakukan verifikasi usia terhadap setiap pembeli, dengan sanksi administratif yang ketat bagi pelanggar.
Baca juga: Bali Awali Perang Plastik dari Botol Air
Bagi wisatawan, batasan pun diberlakukan secara progresif. Sejak September 2024, pelancong hanya boleh membawa 200 batang rokok, 25 batang cerutu, atau 250 gram produk tembakau lainnya untuk konsumsi pribadi. Melebihi batas itu, produk akan ditahan oleh bea cukai hingga maksimal 30 hari dan baru dapat diambil saat meninggalkan negara tersebut (Maldives Voice).

Selain itu, sejak 15 November 2024, pemerintah juga melarang impor vape dan rokok elektrik, bentuk antisipasi terhadap tren baru industri nikotin yang kerap dipasarkan sebagai alternatif “lebih aman”.
Preseden untuk Dunia
Meski hanya memiliki populasi sekitar setengah juta jiwa, langkah Maladewa memiliki resonansi global. Di tengah stagnasi kebijakan pengendalian tembakau di banyak negara, keputusan ini menunjukkan bagaimana negara kecil bisa memainkan peran moral besar dalam isu kesehatan publik dunia.
Bagi negara-negara berkembang, kebijakan ini juga memberi sinyal kuat bahwa perlindungan generasi muda dari industri nikotin bukan sekadar urusan ekonomi atau budaya, melainkan keputusan politik yang berpihak pada masa depan.
Baca juga: Kanker Paru di Era Polusi, Ancaman Baru bagi Non-Perokok
Langkah Maladewa pun diyakini akan memicu diskusi global tentang bentuk ideal regulasi “generational ban”, kebijakan yang melarang penjualan produk tembakau kepada generasi tertentu selamanya. Beberapa negara seperti Selandia Baru dan Inggris sempat mengajukan konsep serupa, namun menghadapi tantangan politik dan industri.
Pelajaran bagi Indonesia
Bagi Indonesia, yang hingga kini masih menjadi salah satu pasar rokok terbesar di dunia, keputusan Maladewa menjadi refleksi tajam. Proporsi perokok muda di Indonesia terus meningkat, sementara kebijakan cukai dan pembatasan iklan belum cukup efektif menekan angka konsumsi.
Langkah Maladewa memperlihatkan bahwa keberanian politik dan visi jangka panjang lebih menentukan daripada sekadar kapasitas ekonomi. ***
- Foto: Asad Photo Maldives/ Pexels – Pemandangan udara kepulauan Maladewa yang kini menerapkan larangan total terhadap tembakau. Langkah kecil dari negara kecil untuk dunia yang lebih bersih.


