DI TENGAH eskalasi konflik yang telah menelan puluhan ribu korban sipil Palestina, Microsoft mengambil langkah yang jarang dilakukan raksasa teknologi, yakni memutus akses sebagian layanan cloud Azure untuk militer Israel.
Langkah ini menandai pergeseran penting, inovasi teknologi tidak bisa lagi dipisahkan dari tanggung jawab etika.
“Kami tidak menyediakan teknologi untuk memfasilitasi pengawasan massal terhadap warga sipil,” tegas Vice Chair & President Microsoft, Brad Smith, dalam pernyataan resmi, Kamis (25/9).
Penyelidikan internal Microsoft dilakukan setelah laporan investigatif The Guardian mengungkap keterlibatan Unit 8200, badan intelijen militer Israel, yang memanfaatkan layanan Azure untuk merekam dan menganalisis panggilan telepon warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza.
Etika dan Tata Kelola Teknologi
Bagi komunitas ESG, keputusan ini menjadi preseden berharga. Selama ini, sektor teknologi kerap dinilai abai terhadap dampak sosial dari produk dan layanannya.
“Keputusan Microsoft menegaskan bahwa tata kelola teknologi kini menjadi bagian tak terpisahkan dari ESG. Perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan inovasi, tapi juga memastikan inovasi itu tidak merugikan hak-hak sipil,” kata seorang pengamat kebijakan teknologi kepada SustainReview.
Baca juga: Masa Depan Pekerjaan, Green Jobs dan Keahlian Teknologi Dominasi 2030
Smith mengapresiasi laporan investigatif media yang membuka praktik tersebut. “Laporannya membantu kami menemukan informasi yang tidak dapat kami akses karena komitmen terhadap privasi pelanggan,” ujarnya.
Tekanan dari Dalam dan Luar
Keputusan itu tidak lahir di ruang hampa. Microsoft menghadapi tekanan dari karyawan dan investor yang menyoroti keterlibatan perusahaan dalam operasi militer Israel di Gaza.
Bagi pelaku bisnis global, kasus ini membuktikan bahwa isu ESG kini bukan sekadar kewajiban kepatuhan, tetapi juga menjadi penentu reputasi dan kepercayaan publik.

Privasi sebagai Hak Fundamental
Microsoft menegaskan penghentian layanan ini tidak memengaruhi kerja sama lain, termasuk dukungan di bidang keamanan siber untuk Israel maupun negara-negara Timur Tengah. Namun perusahaan memastikan bahwa privasi tetap menjadi prinsip yang tidak bisa dinegosiasikan.
Baca juga: Jejak Karbon AI, Tantangan Baru dalam Keberlanjutan Teknologi
Para pakar menilai, kasus ini menjadi pengingat bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk memiliki regulasi yang mengikat pemanfaatan teknologi berbasis cloud dan AI agar tidak disalahgunakan untuk pengawasan massal atau pelanggaran hak asasi manusia.
Keputusan Microsoft ini menegaskan pentingnya ‘G’ dalam ESG, governance, dalam bisnis teknologi.
Bagi investor, langkah ini menunjukkan keseriusan perusahaan untuk mengurangi risiko reputasi. Bagi pemerintah, ini menjadi momentum memperkuat kebijakan agar inovasi tidak digunakan untuk melanggar hak sipil. ***
- Foto: Ilustrasi/ Angel Bena/ Pexels – Microsoft memutus layanan cloud Azure untuk militer Israel setelah terungkap dugaan penyalahgunaan teknologi untuk penyadapan massal warga Palestina.


