KADAR karbon dioksida (CO₂) di atmosfer kini resmi menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan modern. Laporan terbaru Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menegaskan bahwa dari 2023 ke 2024, konsentrasi rata-rata global CO₂ naik 3,5 bagian per juta (ppm), lonjakan terbesar sejak pengukuran dimulai pada 1957.
Kenaikan itu bukan sekadar statistik ilmiah. Ini adalah alarm global yang menandakan planet sedang memanas lebih cepat dari kemampuan manusia beradaptasi. Setiap ton karbon yang dilepaskan ke udara kini menjadi bahan bakar bagi siklus ekstrem, kekeringan berkepanjangan, badai lebih kuat, hingga krisis pangan lintas benua.
Baca juga: Kontradiksi Fosil Hantui Ambisi Australia Naikkan Target Emisi 2035
“Panas yang terperangkap oleh CO₂ dan gas rumah kaca lainnya mempercepat iklim kita dan menyebabkan cuaca yang lebih ekstrem,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal WMO, Ko Barrett, dikutip dari Reuters. Laporan ini dirilis menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) di Brasil bulan depan, yang diharapkan menjadi titik balik nyata bagi komitmen global menekan emisi.

Penjaga Alam yang Mulai Lelah
Sekitar separuh emisi karbon dunia masih ditahan oleh hutan, tanah, dan lautan. Namun, kemampuan sistem alami itu kini menurun drastis. “Kita bergantung pada sistem alami untuk membantu mengimbangi dampak kita, tetapi sistem tersebut sudah sangat tertekan,” jelas Ilmuwan Senior WMO, Oksana Tarasova, dalam briefing di Jenewa.
Baca juga: Dua Wajah Indonesia dalam Krisis Iklim, Korban Sekaligus Penyumbang Emisi
Di hutan Amazon, paru-paru dunia, gejala itu nyata. Kombinasi pemanasan global dan El Nino membuat suhu melonjak dan curah hujan anjlok. Pohon-pohon yang kekeringan berhenti berfotosintesis, kehilangan kemampuan menyerap karbon. “Jika pohon tidak memiliki air dan suhunya sangat tinggi, ia berhenti menyerap karbon,” ujar Tarasova.
Fenomena ini menandai batas kemampuan bumi untuk menjadi penyangga bagi perilaku manusia. Ketika sistem penyerapan alami mulai melemah, seluruh neraca karbon global kehilangan keseimbangan.
Tantangan Global, Tanggung Jawab Kolektif
Laporan WMO ini bukan sekadar peringatan ilmiah. Ini adalah tes komitmen politik dan moral bagi semua negara yang akan duduk di meja perundingan COP30. Dunia harus mempercepat transisi energi bersih, memperkuat sistem karbon alami, dan menghentikan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Baca juga: Krisis Iklim, Mengapa Kenaikan 2 Derajat Celsius Bisa Mengubah Dunia?
Tanpa langkah konkret, target menjaga pemanasan global di bawah 1,5°C hanya akan tinggal slogan. Setiap ppm tambahan di atmosfer adalah catatan sejarah baru, tentang kelalaian kolektif yang akan dibayar generasi mendatang. ***
- Foto: Pexels – Asap industri membubung di bawah langit jingga, menggambarkan akumulasi karbon dioksida yang kini mencapai rekor tertinggi dalam sejarah modern.


