Elektrifikasi Asia-Pasifik Hampir Tuntas, tapi Transisi Energi Masih Tertinggal

KAWASAN Asia-Pasifik sedang mencatatkan pencapaian besar. Menurut laporan Regional Energy Trends for Sustainable Development yang dirilis Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP), akses listrik di kawasan ini telah mencapai 98,6 persen pada 2023. Hampir seluruh wilayah perkotaan kini terang, sementara cakupan pedesaan pun sudah 97,4 persen.

Namun, capaian ini menyimpan catatan. ESCAP menegaskan bahwa indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 7 hanya menghitung sambungan listrik, bukan kualitas layanan. Jutaan rumah tangga masih hidup dalam bayang-bayang pasokan yang tidak andal, sering padam, dan biaya listrik yang memberatkan. Situasi ini memperlihatkan kesenjangan serius, akses tidak otomatis berarti kesejahteraan.

Energi Terbarukan Tumbuh, tapi Masih Jadi Minoritas

Dalam satu dekade terakhir, Asia-Pasifik menjadi pusat global pertumbuhan energi terbarukan. Kapasitas listrik terbarukan terpasang naik dari 568 GW pada 2013 menjadi 1.785 GW pada 2023. Kapasitas per kapita melonjak tiga kali lipat, terutama didorong turunnya biaya panel surya dan turbin angin.

Baca juga: Potensi Energi Surya Melimpah, Timur Indonesia Bisa Mandiri Listrik

Tetapi laporan yang dikutip Down to Earth pada 3 September 2025 itu menunjukkan kontribusi energi terbarukan masih kecil dalam bauran energi. Pada 2022, porsi energi terbarukan di total pasokan energi hanya 16,3 persen. Untuk konsumsi energi akhir, energi terbarukan modern baru mencapai 11,2 persen. Dengan kata lain, transisi energi berjalan, tetapi kecepatannya jauh dari target iklim.

Energi terbarukan di Asia-Pasifik tumbuh pesat dalam satu dekade terakhir, tetapi kontribusinya dalam bauran energi masih tergolong kecil. Foto: Pixabay/ Pexels.

Masalah Memasak Bersih, Beban Berat untuk Perempuan

Persoalan lain yang diangkat ESCAP adalah akses terhadap bahan bakar dan teknologi memasak bersih. Pada 2023, 78,9 persen rumah tangga sudah menggunakannya. Namun, hampir satu miliar orang di kawasan ini masih bergantung pada kayu bakar, arang, dan minyak tanah.

Baca juga: Polusi Tersembunyi dari Dapur Tahu Tropodo: Murah Kini, Bahaya Kemudian

Akibatnya, polusi udara dalam ruangan menjadi salah satu penyebab utama kematian dini. Perempuan dan anak-anak adalah kelompok paling terdampak. Mereka bukan hanya terpapar asap, tetapi juga terbebani tugas mengumpulkan bahan bakar dan memasak berjam-jam dengan kompor tidak efisien. Dampak sosialnya besar. Akses pendidikan dan peluang ekonomi terhambat.

Mendesak, Transisi Energi yang Adil dan Inklusif

ESCAP mendorong pemerintah di kawasan ini untuk segera mempercepat transisi energi. Caranya, memperkuat kebijakan, memberi insentif finansial, dan membuka akses pendanaan iklim. Investasi harus diarahkan pada energi terbarukan, efisiensi, modernisasi jaringan, serta solusi off-grid untuk daerah terpencil.

Hampir satu miliar orang di Asia-Pasifik masih bergantung pada bahan bakar padat seperti kayu dan arang, memicu polusi udara dalam ruangan dan risiko kesehatan. Foto: Betül Üstün/ Pexels.

Laporan itu juga menekankan pentingnya keadilan. Perempuan, pemuda, dan kelompok marginal perlu dilibatkan melalui pelatihan dan kesempatan kepemimpinan. Kerja sama lintas negara di kawasan Asia-Pasifik juga penting, terutama dalam berbagi pengetahuan dan menyelaraskan strategi energi dengan target iklim global.

Baca juga: Rekor Energi Bersih Tercapai, tapi Emisi Listrik Dunia Justru Naik

Capaian elektrifikasi Asia-Pasifik memang layak diapresiasi. Tetapi keberlanjutan sejati baru tercapai jika pasokan listrik andal, energi terbarukan mendominasi, dan setiap rumah tangga bisa memasak tanpa merisikokan kesehatan.

Laporan ESCAP ini mengingatkan bahwa perjalanan menuju energi bersih bukan sekadar tentang kabel listrik, melainkan tentang keadilan sosial, kesehatan publik, dan masa depan iklim dunia. ***

  • Foto: Thịnh La/ PexelsCahaya listrik hampir merata di kota-kota Asia-Pasifik, namun laporan ESCAP menegaskan transisi energi bersih masih berjalan lamban.
Bagikan