Ketidakpastian Global dan Perlambatan Ekonomi, Bagaimana Indonesia Bersiap?

KETIDAKPASTIAN ekonomi global semakin nyata. Laporan terbaru dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan perlambatan pertumbuhan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam laporan bertajuk Steering Through Uncertainty yang dirilis pada 17 Maret 2025, OECD menyoroti tantangan yang dihadapi perekonomian dunia akibat meningkatnya ketegangan geopolitik, fragmentasi ekonomi, serta inflasi yang masih tinggi.

Perlambatan Global dan Dampaknya bagi Indonesia

OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan melemah dari 3,3% pada 2024 menjadi 3,1% di 2025, dan semakin turun ke 3,0% pada 2026. Beberapa negara G20, termasuk China, India, Amerika Serikat, dan Brasil, diperkirakan mengalami perlambatan yang lebih nyata. Namun, dampak terhadap Indonesia disebut relatif lebih ringan dibandingkan China dan negara-negara besar lainnya.

Baca juga; Perubahan Iklim, Ancaman Besar bagi Ekonomi 2025

OECD merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 menjadi 4,9%, turun dari estimasi sebelumnya sebesar 5,2%. Meskipun demikian, Indonesia masih memiliki faktor pendukung yang dapat menjaga stabilitas ekonominya, seperti konsumsi domestik yang kuat dan pertumbuhan ekspor yang didorong oleh pergeseran rantai pasok global.

Faktor Risiko, Fragmentasi dan Inflasi

Laporan OECD menyoroti fragmentasi ekonomi global sebagai risiko utama bagi pertumbuhan. Kebijakan proteksionisme, seperti kenaikan tarif di beberapa negara, dapat menghambat perdagangan internasional dan meningkatkan tekanan inflasi. Selain itu, volatilitas pasar keuangan yang dipicu oleh kebijakan moneter yang lebih ketat juga menjadi perhatian.

Baca juga: Target Emisi Indonesia Mundur ke 2035, Tarik-Ulur Ambisi Ekonomi & Hijau

Namun, ada sisi positif dari laporan ini. OECD mencatat bahwa stabilitas kebijakan dan reformasi struktural dapat membantu memitigasi risiko. Jika Indonesia mampu mendorong kebijakan perdagangan yang lebih terbuka dan meningkatkan daya saing investasi, perlambatan ekonomi dapat diminimalisir.

OECD memperkirakan perlambatan ekonomi global pada 2025-2026, dengan Indonesia tetap optimis menjaga pertumbuhan di tengah tantangan global. Foto: Pixabay/ Pexels.

Strategi Pemerintah Menjaga Pertumbuhan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa pemerintah akan terus memantau dinamika ekonomi dan mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas pertumbuhan. Beberapa faktor utama yang menjadi fokus kebijakan antara lain:

  1. Konsumsi Rumah Tangga
    Konsumsi domestik tetap menjadi motor utama ekonomi Indonesia. Dengan inflasi yang terjaga rendah dan intervensi harga oleh pemerintah, daya beli masyarakat masih terjaga. Deflasi pada awal 2025 menjadi indikasi stabilnya harga kebutuhan pokok.
  2. Investasi dan Sektor Manufaktur
    Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia yang berada di level ekspansif 53,6 pada Februari 2025 menunjukkan bahwa sektor manufaktur masih tumbuh. Pemerintah berharap ekspansi di sektor pangan dan industri lainnya dapat menarik investasi baru.
  3. Ekspor dan Neraca Perdagangan
    Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan selama 58 bulan berturut-turut. Meskipun beberapa negara meningkatkan hambatan perdagangan, Indonesia masih memiliki peluang dalam diversifikasi ekspor dan menarik investor yang mencari alternatif rantai pasok baru.

Baca juga: Tiga Protokol Diratifikasi, Apa Artinya bagi Ekonomi Indonesia?

Waspada tetapi Optimis

Meski menghadapi tantangan global, ekonomi Indonesia masih memiliki fondasi yang cukup kuat. Pemerintah diharapkan terus mendorong kebijakan yang dapat memperkuat daya tahan ekonomi, terutama dengan mempercepat reformasi struktural dan menjaga daya beli masyarakat.

Dengan strategi yang tepat, Indonesia berpotensi tidak hanya bertahan dari perlambatan global, tetapi juga muncul sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di tengah ketidakpastian dunia. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *