DALAM upaya meningkatkan pendapatan negara, pasar karbon menjadi sorotan utama. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, baru-baru ini mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dari sektor ini. Ia menyebutkan bahwa pemerintah dapat meraih tambahan anggaran hampir Rp 500 triliun, dengan sebagian besar berasal dari optimalisasi pasar karbon.
Pasar Karbon, Sumber Pendapatan Berkelanjutan
Hashim mencatat bahwa hutan di Indonesia telah menyerap 577 juta ton karbon dioksida antara 2018 dan 2020. Dengan harga karbon minimal US$ 10 per ton, nilai dari serapan karbon tersebut dapat mencapai sekitar US$ 5,8 miliar. Ini menunjukkan betapa berharganya sumber daya alam kita dalam mendukung perubahan iklim dan ekonomi berkelanjutan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa saat ini sedang memverifikasi data penyerapan karbon nasional untuk periode 2021-2023, dengan potensi serapan yang ditinjau mencapai 600 juta ton.
Dalam enam tahun terakhir, total serapan karbon di Indonesia telah mencapai 1,17 miliar ton—ini setara dengan hampir 200 juta ton per tahun. Hashim memperkirakan bahwa nilai pemanfaatan pasar karbon dari capaian ini bisa mencapai Rp 190 triliun.
Pendapatan Tambahan dari Pasar Karbon
Menurut Hashim, pemanfaatan pasar karbon domestik dapat meningkatkan pendapatan negara lebih dari Rp 3 triliun per tahun. Ini adalah langkah strategis yang tidak hanya memberikan dana segar, tetapi juga mendukung tujuan keberlanjutan nasional.
“Penting untuk dicatat bahwa tambahan pendapatan dari pasar karbon belum tercakup dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2025,” jelasnya.
Pemerintah berkomitmen untuk menawarkan kapabilitas serapan karbon ini kepada berbagai pihak, termasuk emiten dan negara produsen karbon. Dengan adanya kerjasama ini, Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam pasar karbon global.
Baca juga: Mempercepat Ekonomi Karbon, Langkah Strategis Keberlanjutan Indonesia
Optimisme Hashim Djojohadikusumo tentang potensi pasar karbon menggambarkan visi yang berkelanjutan untuk ekonomi Indonesia. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah, negara tidak hanya dapat mendongkrak pendapatan tetapi juga berkontribusi pada upaya global melawan perubahan iklim.
Ini adalah langkah cerdas menuju pengelolaan keuangan yang lebih baik dan berkelanjutan, serta masa depan yang lebih hijau. ***
Foto: Jacob Moseholt/ Pexels.