DI TENGAH krisis iklim global dan tekanan pembangunan yang kian kompleks, Indonesia diingatkan untuk kembali ke fondasinya, yakni pangan, air, dan energi. Tiga sumber kehidupan ini bukan sekadar kebutuhan dasar, melainkan pilar keberlanjutan nasional yang akan menentukan masa depan bangsa.
“Jika kita serius tentang keberlanjutan, maka kita harus memulainya dari fondasi setiap masyarakat, yakni pangan, air, dan energi. Tanpa ketiganya, tidak ada bangsa yang bisa membangun masa depan yang berkelanjutan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam pembukaan Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025, Jumat (10/10).
Pernyataan ini bukan sekadar ajakan moral, tetapi penegasan arah baru pembangunan berkelanjutan Indonesia, sebuah blueprint yang menuntut integrasi lintas sektor dan konsistensi lintas generasi.
Pangan, Menjamin Kedaulatan di Tengah Krisis Global
Dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa, Indonesia menghadapi tantangan berat dalam menjaga ketersediaan pangan nasional. Perubahan iklim, degradasi lahan, dan gangguan rantai pasok global menekan kemampuan produksi dalam negeri.
Baca juga: Asia di Persimpangan, Peluang 200 Juta Pekerjaan Hijau Dibayangi Kesenjangan Pembangunan
Pemerintah memperluas program food estate di wilayah strategis, memperkuat irigasi, serta memperbaiki tata kelola lahan agar pertanian tetap produktif. “Langkah-langkah ini bukan strategi panen jangka pendek, melainkan jaminan pasokan jangka panjang dan upaya strategis untuk mengurangi ketergantungan pada impor,” tegas AHY.
Transformasi pertanian kini bergerak menuju sistem digital dan ramah iklim, penggunaan data satelit, sensor tanah, dan kecerdasan buatan untuk memprediksi cuaca ekstrem dan efisiensi produksi.
Air, dari Infrastruktur Menuju Keadilan Akses
Air menjadi pilar kedua keberlanjutan. Meskipun infrastruktur air nasional sudah banyak dibangun, efisiensi dan pemerataan layanan masih jadi pekerjaan rumah besar.
Baca juga: Air Semakin Langka, Laut Semakin Naik: Darurat Global!
“Target kami jelas, pada tahun 2045 semua kawasan perkotaan harus memiliki akses air bersih melalui jaringan pipa,” kata AHY. Pemerintah mendorong investasi pada jaringan perpipaan, pembatasan eksploitasi air tanah, serta perluasan akses air bersih untuk masyarakat dan industri.

Kebijakan air kini diarahkan pada tata kelola terpadu. Bukan hanya soal bangunan fisik, tapi juga pengelolaan sumber daya lintas wilayah dan keberlanjutan ekosistem air.
Energi, Mengalirkan Transisi Bersih ke Masa Depan
Pilar ketiga adalah energi. Dalam peta jalan RUPTL 2025–2034, pemerintah menargetkan transformasi sistem tenaga listrik menuju bauran yang lebih bersih dan andal.
Baca juga: Cuaca Kacau, Pangan Terancam: Indonesia Butuh Adaptasi Iklim
“Dalam sepuluh tahun ke depan, Indonesia akan menambah 69,5 gigawatt kapasitas baru ke jaringan nasional, dengan tiga perempatnya berasal dari energi terbarukan dan sistem penyimpanan,” ungkap AHY.
Langkah ini menjadi sinyal kuat transisi energi Indonesia: dari ketergantungan fosil menuju ekonomi hijau yang berketahanan dan berdaya saing global.
Jejak Angka — Pangan, Air, dan Energi Indonesia 2025
- Pangan: Indonesia masih mengimpor lebih dari 3 juta ton beras per tahun (BPS 2024).
- Air: Sekitar 32 juta warga belum mendapat akses air bersih yang andal (KemenPUPR, 2024).
- Energi: Proporsi energi terbarukan baru 14,3% dari bauran nasional, masih jauh dari target 31% pada 2025 (ESDM, 2024).
- Pertanian: Produktivitas padi turun 1,6% akibat pola hujan ekstrem (BMKG, 2024).
- Kapasitas Listrik Hijau: Pemerintah menargetkan penambahan 69,5 GW kapasitas baru, 75% di antaranya energi terbarukan (RUPTL 2025–2034).
Menyatukan Tiga Pilar Keberlanjutan
Pangan, air, dan energi bukan isu sektoral, melainkan satu kesatuan sistem kehidupan. AHY menegaskan, keberlanjutan sejati tidak cukup diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi dari ketahanan sumber daya dan kesejahteraan lintas generasi.
Baca juga: Ketahanan Pangan Berbasis Beras, Ancaman Hiperinflasi di Depan Mata
Dalam konteks global, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi model pembangunan yang adil, hijau, dan tangguh. Tantangannya kini bukan sekadar bagaimana memproduksi lebih banyak, tetapi bagaimana memastikan setiap warga mendapat akses setara terhadap sumber daya yang menopang hidup mereka.
Jika tiga fondasi ini dikelola dengan visi jangka panjang, Indonesia bukan hanya bisa bertahan, tetapi memimpin transformasi keberlanjutan di Asia. ***
- Foto: Teras Dondon/ Pexels – Petani menanam padi di lahan basah, simbol ketahanan pangan dan keseimbangan ekologi di Indonesia.


