Darurat Mikroplastik Udara, Krisis Baru yang Mengancam 18 Kota Indonesia

Kajian nasional ECOTON-SEIJ menegaskan, kontaminasi mikroplastik udara kini tak hanya soal Jakarta—seluruh spektrum kota besar hingga menengah ikut terdampak.

UDARA di Indonesia kini membawa partikel yang tak kasatmata, mikroplastik.
Hasil penelitian Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) bersama Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SEIJ) mengonfirmasi hal itu. Dalam kajian yang dirilis di laman resmi ECOTON pada 23 Oktober 2025, mereka menemukan 18 kota/kabupaten di Indonesia memiliki kadar mikroplastik di udara ambien.

Riset dilakukan antara Mei–Juli 2025 menggunakan metode deposisi pasif, dengan cawan petri kaca dipasang pada ketinggian 1–1,5 meter, setara dengan zona pernapasan manusia. Analisis mikroskopik dan spektroskopi inframerah Fourier Transform (FTIR) memastikan jenis-jenis polimer yang beredar di atmosfer perkotaan.

Sebaran Nasional, Magnituda Baru

Hasilnya menunjukkan lima kota dengan tingkat kontaminasi tertinggi:
1️⃣ Jakarta Pusat – 37 partikel
2️⃣ Jakarta Selatan – 30 partikel
3️⃣ Bandung – 16 partikel
4️⃣ Semarang dan Kupang – masing-masing 13 partikel

Kota dengan tingkat terendah adalah Malang, hanya 2 partikel dalam periode pengamatan yang sama.
Temuan ini menegaskan bahwa polusi plastik udara kini berskala nasional, melintasi batas ekonomi dan geografis. Dari pusat tekstil di Tanah Abang hingga kota wisata bervegetasi alami, udara Indonesia tak lagi steril dari plastik.

Baca juga: Hujan Mikroplastik di Jakarta, Krisis Baru Polusi Urban

Dari hasil kajian ECOTON dan SEIJ, terdapat 18 kota/kabupaten di Indonesia yang udara ambiennya telah terdeteksi mengandung mikroplastik, yakni: Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Bandung, Semarang, Kupang, Denpasar, Jambi, Surabaya, Palembang, Pontianak, Aceh Utara, Sumbawa, Palu, Sidoarjo, Gianyar, Solo, Bulukumba, dan Malang.

Akar Masalah: Tekstil, Sampah, dan Kebiasaan Lama

Menurut Kepala Laboratorium ECOTON, Rafika Aprilianti, hasil kajian ini memperkuat riset BRIN yang sebelumnya menemukan mikroplastik di air hujan Jakarta. “Semakin kotor udara, semakin tinggi kadar mikroplastik dalam air hujan. Hujan menyerap partikel di atmosfer,” jelasnya.

Desain Grafis: Daffa Attarikh/ SustainReview.

Koordinator relawan riset mikroplastik Sofi Azilan Aini menambahkan, akar masalah terbesar berasal dari kebiasaan membakar sampah plastik di ruang terbuka. “Sekitar 57 persen masyarakat masih membakar sampah plastik. Ini menyumbang tingginya kadar partikel mikroplastik di udara kita,” ujarnya.

Baca juga: Hujan Mikroplastik di Jakarta, Bukti Gagalnya Transisi Sampah Kota

Jenis polimer yang terdeteksi juga makin kompleks. Dari poliester, nilon, polietilena, dan polipropilen, hingga PTFE, epoxy, poliisobutilen, poliolefin, dan silika. Artinya, sumber pencemar tak hanya dari plastik sekali pakai, tetapi juga serat pakaian sintetis, ban kendaraan, dan emisi industri perkotaan.

Krisis Udara yang Menjadi Krisis Kesehatan

ECOTON menyoroti risiko kesehatan yang belum banyak diperhatikan. Mikroplastik berukuran <5 mikron dapat terhirup dan menetap di paru-paru, memicu peradangan serta gangguan sistem pernapasan jangka panjang.

Dengan paparan yang meluas di seluruh Indonesia, ini bukan lagi isu lingkungan semata, melainkan ancaman kesehatan publik dan keberlanjutan nasional.

Baca juga: Studi Greenpeace-UI: Mikroplastik Mengancam Fungsi Otak

Seruan untuk Kebijakan Nasional

Dalam laporannya, ECOTON mendorong Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mengambil langkah strategis:

  • Melarang pembakaran terbuka sampah plastik.
  • Meningkatkan fasilitas pemilahan dan pengelolaan sampah berbasis komunitas.
  • Menetapkan pemantauan berkala mikroplastik udara sebagai indikator mutu lingkungan.
  • Menguatkan kampanye publik tentang bahaya plastik mikro di udara.

Tanpa kebijakan nasional yang tegas, udara kita akan terus menjadi wadah sisa industri dan gaya hidup plastik. ***

  • Foto: Tom Fisk/ PexelsLangit senja di atas kota besar Indonesia. Di balik keindahannya, riset ECOTON-SEIJ mengungkap kontaminasi mikroplastik di udara 18 kota di Indonesia.
Bagikan